7/14/2010

Tentang anak-anak

Saya kangen berinteraksi dengan anak-anak. Rasanya sudah lama sekali tak mendongeng dan bertukar cerita dengan mereka. Dekat dengan anak-anak adalah salah satu jalan untuk membeningkan nurani saya. I love to see their bright eyes, the way they laugh, their humble thought and i do love listen to their story. Bening. Tanpa pretensi apa-apa. Dunia yang bebas polusi.

Saking sukanya dengan anak-anak, saya pernah punya cita2 bikin sekolah yang menyenangkan. Saya jadi gurunya. Rencananya begini, setiap anak bebas memilih pelajaran yang mereka suka. Belajarnya nggak harus di kelas. Sambil jalan2 boleh. Mereka bebas bereksperimen selama itu dapat dipertanggungjawabkan. Tak ada PR. Tak ada raport. Saya kepingin sekali murid2 saya nantinya seperti Rancho di film 3idiots.

Tapiii.. sepertinya jalan saya yang sekarang makin jauh dari cita2 itu. Jangankan mikirin bikin sekolah, berinteraksi dengan anak-anak pun saya merasa nggak se'pandai' dulu lagi. Saya tak lagi sesemangat dulu untuk mendongeng atau mengajarkan sesuatu pada mereka. Saya juga sudah nggak sabaran menghadapi celoteh anak-anak dan meladeni mereka bermain. Entah kenapa. Tapi yang jelas saya mulai merasa ada sifat2 tertentu yang juga mulai memudar bersamaan dgn semakin jarangnya saya berinteraksi dengan mereka. Lebih mudah berpikir negatif dan bukan lagi pendengar yang baik, mungkin itu salah duanya. Ya, sepertinya saya harus lebih banyak bermain dgn anak-anak lagi. Untuk belajar mengasah kepekaan dan membangun dunia tanpa prasangka. Dunia yang damai, setidaknya bagi diri saya sendiri :)

12/20/2009

Hujan

Bagi saya, suara air mengalir adalah suara kehidupan

Maka hujan adalah kehidupan

Rinainya adalah denyutnya

Memompa nafas bagi langit dan tanah

Saya menikmati setiap derai hujan

Seperti saya menikmati kehidupan…

10/07/2009

Rumah


Ramai. Saat itu semua berlomba berbicara.
"di tempatku airnya bagus"
"daerah gw dong makanannya enak-enak. Dijamin naik berat badan deh kalau di sana"
"kalau di jawa sih orangnya ramah-ramah. Pokoknya minta tolong sama orang lain gampang deh"
"Hmm..di Jakarta sih, kayanya banyak orang jahat. Tapi mau kemana-mana gampang. Kendaraan ada 24 jam. Mau nyari apa aja juga ada"
"Ah enakan di rumahku. Jalanan sepi, nggak ada macet. Udaranya masih segar, nggak ada polusi"

Saya, termasuk yang berlomba untuk mengabarkan, betapa indahnya kampung halaman saya. Tapi tiba-tiba saya menyadari, bukan itu yang menyebabkan kita menyukai suatu tempat. Karena saat satu orang merasa nyaman di suatu tempat, bagi orang lain bisa saja tempat itu menjadi tempat yang paling menyebalkan. Bukan karena air, bukan tanah, bukan udara, atau bukan karena makananannya. Semua karena sebuah nama, RUMAH. Rumah yang menyebabkan segala kerinduan menderas datang bila lama tak pulang. Rumah yang menjadikan suatu tempat, bagaimanapun keadaannya, menjadi tempat terindah di dunia. Rumah yang bisa membuat orang yang lelah memakai topeng, melepaskan segala atributnya untuk menjadi diri sendiri. Rumah juga yang mengingatkan bahwa ada bumi yang harus selalu dipijak bila kita terbang terlalu tinggi.

Tapi mungkin banyak juga yang tak setuju. Banyak juga rumah yang menjadi neraka bagi sebagian orang. Rumah menjelma menjadi penjara buat orang-orang tertentu. Tak semua rumah memang yang dapat membuat seseorang rindu pulang. Karena rumah tak sekedar bangunan. Ia disebut rumah karena ada cinta di dalamnya. Cinta dari masing-masing anggota keluarga, atau dari siapa saja yang meskipun tidak memiliki hubungan darah tapi tetap mencintai tanpa pamrih.

Saya bersyukur, punya rumah itu. Rumah yang utuh. Yang menjadikan tanah, air, dan udara di tempat itu membentuk harmoni paling indah di muka bumi. Yang membuat saya tak bosan mengumpulkan bulir-bulir rindu untuk saya bawa pulang...

8/18/2009

questions for myself

if someone has done something bad to you
is it right to ignoring him/her?

if someone has hurt your heart
is it right to never talk to him/her again?

if someone has lied and you are tricked
is it right to not forgiving him/her?

i don't need your answer now
just asking to yourself
and let me know what your answer are later

8/13/2009

Sebab tak pernah ada yang memahami akhir



Einstein pernah bilang , Tuhan tidak sedang bermain dadu dengan alam raya. Tidak ada satupun kejadian yang merupakan kebetulan terjadi di dunia ini dan semua memiliki keterkaitan. Saya percaya itu. Ada benang yang amat sangat halus menghubungkan setiap peristiwa. Bukan kebetulan bila saya dilahirkan dari orang tua saya sekarang. Bukan kebetulan saya dilahirkan di Lampung meski kedua orangtua saya berdarah jawa. Bersekolah SD, SMP, SMA di Lampung, berkuliah di IPB sampai kemudian terdampar di Samarinda pun merupakan titik-titik dimana benang halus itu menyematkan dirinya. Sampai pada tahap itu saya mengenal begitu banyak orang. Yang kemudian menjadi teman dekat, teman biasa atau bahkan hanya sekedar kenal muka. Orang-orang itu yang menghiasi sepanjang jalan yang saya lalui. Tentu bukan pula kebetulan bila saya pernah bertemu dan berkenalan dengan mereka.

Peristiwa atau kejadian yang terjadi saat ini adalah implikasi dari keputusan yang saya ambil dari berbagai pilihan yang datang pada diri saya. Saya sangat menyadari bahwa tidak semua keputusan itu murni dari saya sendiri. Ada saat-saat dimana orang lain yang mengambil keputusan atas diri saya dan mengarahkan jalan saya. Tapi saya percaya, ketidakmampuan saya pada saat tertentu untuk membuat keputusan juga bukan merupakan suatu kebetulan.

Ada keterkaitan di sana, dengan cara yang tidak juga bisa saya pahami. Saya juga tidak tahu akan terajut jadi apa benang-benang halus itu. Menjadi piyama, gaun atau sepasang kaos kaki. Saya cuma berusaha berjalan sebaik yang saya bisa. Seperti yang pernah Sapardi Djoko Damono tulis dalam salah satu puisinya, sebab tak pernah ada yang memahami akhir...

gambar diambil dari http://jsmixonphoto.files.wordpress.com/

Pindah Lagi


Hehe...sepertinya jiwa ke-nomaden-an juga menjangkit dalam masalah per-blog-an. Punya blog pertama di friendster, trus bikin lagi di wordpress, sekarang tertarik pindah di blogspot. Alasannya? nggak ada.. cuma pengen pindah-pindah aja :) Cari suasana baru biar lebih rajin belajar menulis... Karena sudah beberapa bulan tidak menghasilkan keisengan apapun dalam bentuk tulisan..

Semoga saya betah di rumah baru ini :)

gambar di ambil dari sini

Mencatat Sepi


Ketika semua meninggalkanmu

Itu yang kamu sebut sepi ?

Ketika kamu sendiri

Itukah yang kamu rasa sebagai sepi?

Bagaimana kamu mencatat sepi ?

Ditinggal semua adalah tak ada lagi yang tetap di dekatmu

Sendiri adalah tidak ada lagi teman untuk berbagi

Tahukah ?

Sesungguhnya kamu tidak pernah benar-benar kesepian

gambar diambil dari sini